KTSP, Silabus, RPP dan Pendidikan Berkarakter
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Barusan saya mendapatkan pertanyaaan dan atau permintaan tentang contoh
Penyusunan Silabus dan RPP Berkarakter. Saya sendiri agak terkejut,
makanan apa lagi ini? wong yang model EEK (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.)
saja saya belum sempat praktek membuat RPPnya kok ini ada yang baru
lagi!. Setelah mencari-cari referensi ke beberapa blog, akhirnya ketemu
tentang perangkat pembelajaran berkarakter.
Ada berbagai pertanyaan yang muncul saat kita melihat tawuran pelajar
atau mahasiswa. Salah satunya adalah, kenapa orang yang berpendidikan
kok malah melakukan tindakan yang tidak terdidik? Apa yang salah dengan
pendidikan? Jika ada yang salah dengan pendidikan kita, lalu apa
solusinya?
Berbagai seminar, kajian, lokakarya, dan penelitian
pun dilakukan oleh para pakar untuk menjawab persoalan tersebut.
Berbagai pandangan masyarakat umum pun mengemuka. Benang merah yang
dapat ditarik dari persoalan tersebut: karena pendidikan mengutamakan
angka-angka akademis semata dan meninggalkan akhlak.
Selain itu,
juga tidak adanya sinergisitas antara pendidikan di sekolah dan
pendidikan di keluarga. Pendidikan sekolah hanya terjadi di ruang-ruang
kelas. Dan selain ruang kelas dirasa bukan ruang pendidikan, akhirnya,
pendidikan hanya menempati “pojok” masyarakat kita dan tidak holistik.
Pendidikan hanya mengejar angka dan semata menjadi tanggung jawab
sekolah. Orangtua yang “memiliki” anak dan hampir 24 jam berinteraksi
dengan anaknya, banyak yang merasa tidak perlu mendidiknya di rumah.
Benarkah demikian?
Menyadari hal tersebut, dunia pendidikan
akhir-akhir ini menyuarakan pendidikan karakter. Menteri Pendidikan
Nasional Mohammad Nuh pun menyampaikan bahwa Presiden SBY mencanangkan
Pendidikan Berbasis Karakter pada 2 Mei 2010. Menyambut itu, penerbit
Jaring Pena telah menerbitkan buku Pendidikan Berbasis Karakter; Sinergi
antara Sekolah dan Rumah dalam Membentuk Karakter Anak.
Tiga
pilar pendidikan berbasis karakter sebagai pijakannya. Ketiga pilar itu
memadukan potensi dasar anak yang selanjutnya bisa dikembangkan. Pilar
pertama, membangun watak, kepribadian atau moral. Pilar kedua,
mengembangkan kecerdasan majemuk. Pilar ketiga, kebermaknaan
pembelajaran. Ketiga pilar tersebut ditampilkan dalam “rumah karakter”
sebagai bangunan pendidikan berbasis karakter yang meliputi pondasi,
tiang, dan atap. Agar ketiga pilar itu kokoh dan berjalan dengan baik,
maka perlu ada kontrol, evaluasi, dan perbaikan berkelanjutan.
Pilar
pertama mengacu pada perilaku (akhlak) yang mulia, misalnya yang
dicontohkan oleh Nabi Muhammad. Beliau menjadi model atau idola perilaku
mulia anak didik, guru, dan orangtua. Pilar kedua mengacu pada prinsip
bahwa semua anak itu cerdas. Setiap anak memiliki keunikan dan
kecerdasan yang berbeda-beda (multiple intelligence) seperti ditawarkan
oleh Prof. Howard Gardner. Kecerdasan masing-masing itulah yang
dikembangkan. Ada anak yang cerdas musik, cerdas logik-matematik, cerdas
visual-spasial, cerdas kinestetik, cerdas linguistik, cerdas
interpersonal, cerdas intrapersonal, dan cerdas natural. Pilar ketiga
mengacu pada proses pembelajaran yang bermakna, yaitu yang memberikan
nilai manfaat untuk menyiapkan kemandirian anak.
Konsep
pendidikan karakter yang digagas juga mensinergikan antara pendidikan di
sekolah dan di rumah. Peran orangtua di rumah adalah sama sebagaimana
guru di sekolah dalam hal mendidik anak. Kesalingpahaman dan kerjasama
dalam mendidik anak menjadi syarat terciptanya pendidikan berbasis
karakter. Mengapa? Karena, apalah jadinya jika karakter yang dibangun
sekolah diruntuhkan oleh orangtua, atau sebaliknya.
Pengertian
karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,
temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian,
berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Menurut Tadkiroatun
Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap
(attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan
keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti
“to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai
kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang
tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang
berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan
kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.
Konsep Pendidikan Karakter
Karakter
mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya,
yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri,
rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup
sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela
berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil,
rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja
keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif,
disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat,
dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif,
pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif,
tabah, terbuka, tertib. Individu jug memiliki kesadaran untuk berbuat
yang terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertindak sesuai
potensi dan kesadarannya tersebut. Karakteristik adalah realisasi
perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial,
etika, dan perilaku).
Individu yang berkarakter baik atau unggul
adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap
Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia
internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan)
dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya
(perasaannya).
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman
nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan
nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the
deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal
character development”. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua
komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk
komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses
pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran,
pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler,
pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga
sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai
sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan
pendidikan harus berkarakter.
Menurut David Elkind & Freddy
Sweet Ph.D. (2004), pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut:
“character education is the deliberate effort to help people understand,
care about, and act upon core ethical values. When we think about the
kind of character we want for our children, it is clear that we want
them to be able to judge what is right, care deeply about what is right,
and then do what they believe to be right, even in the face of pressure
from without and temptation from within”.
Lebih lanjut
dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang
dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru
membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan
bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi,
bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.
Menurut
T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang
sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah
membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga
masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang
baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu
masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu,
yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh
karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di
Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur
yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka
membina kepribadian generasi muda.
Pendidikan karakter berpijak
dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal
(bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai
the golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti,
apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para
ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta
kepada Allah dan ciptaann-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab,
jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya
diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan
kepemimpinan; baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta
persatuan. Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar manusia terdiri
dari: dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur,
tanggung jawab; kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun, disiplin,
visioner, adil, dan punya integritas. Penyelenggaraan pendidikan
karakter di sekolah harus berpijak kepada nilai-nilai karakter dasar,
yang selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau
lebih tinggi (yang bersifat tidak absolut atau bersifat relatif) sesuai
dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah itu sendiri.
Dewasa
ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas
pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan
tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni
meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian
massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan di kota-kota
besar tertentu, gejala tersebut telah sampai pada taraf yang sangat
meresahkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah
resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya
dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan
intensitas dan kualitas pendidikan karakter.
Para pakar
pendidikan pada umumnya sependapat tentang pentingnya upaya peningkatan
pendidikan karakter pada jalur pendidikan formal. Namun demikian, ada
perbedaan-perbedaan pendapat di antara mereka tentang pendekatan dan
modus pendidikannya. Berhubungan dengan pendekatan, sebagian pakar
menyarankan penggunaan pendekatan-pendekatan pendidikan moral yang
dikembangkan di negara-negara barat, seperti: pendekatan perkembangan
moral kognitif, pendekatan analisis nilai, dan pendekatan klarifikasi
nilai. Sebagian yang lain menyarankan penggunaan pendekatan tradisional,
yakni melalui penanaman nilai-nilai sosial tertentu dalam diri peserta
didik.
Berdasarkan grand design yang dikembangkan Kemendiknas
(2010), secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam
diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia
(kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi
sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan
berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks
totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat
dikelompokkan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development) ,
Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik
(Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa
(Affective and Creativity development) yang secara diagramatik dapat
digambarkan sebagai berikut.
Kofigurasi Karakter
Para
pakar telah mengemukakan berbagai teori tentang pendidikan moral.
Menurut Hersh, et. al. (1980), di antara berbagai teori yang berkembang,
ada enam teori yang banyak digunakan; yaitu: pendekatan pengembangan
rasional, pendekatan pertimbangan, pendekatan klarifikasi nilai,
pendekatan pengembangan moral kognitif, dan pendekatan perilaku sosial.
Berbeda dengan klasifikasi tersebut, Elias (1989) mengklasifikasikan
berbagai teori yang berkembang menjadi tiga, yakni: pendekatan kognitif,
pendekatan afektif, dan pendekatan perilaku. Klasifikasi didasarkan
pada tiga unsur moralitas, yang biasa menjadi tumpuan kajian psikologi,
yakni: perilaku, kognisi, dan afeksi.
Berdasarkan pembahasan di
atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya
yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta
didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan
adat istiadat.
Perangkat pembelajaran “Silabus, RPP, dan KTSP
Berkarakter” bertujuan dalam pelaksanaan, pembinaan dan pengembangan
pendidikan karakter yang diintegrasikan ke dalam mata pelajaran, Guru
diharapkan memahami mekanisme pengintegrasian dimensi-dimensi
pendidikan karakter pada mata pelajaran. Dengan pengintegrasian
pendidikan ke dalam mata pelajaran, ke depan secara akumulatif akan
terjadi peningkatan mutu pendidikan.
Tiga unsur penting dalam
pendidikan karakter adalah keluarga, satuan pendidikan (sekolah), dan
masyarakat. Pendidikan yang baik dalam keluarga dan sekolah mestinya
didukung lingkungan masyarakat yang baik pula. “Pendidikan dini,
termasuk saat anak dalam kandungan dan khususnya dalam keluarga akan
memberikan pengaruh yang besar dalam pendidikan karakter anak pada tahap
perkembangan kepribadiannya di kemudian hari”, kata Drs Sunaryo M.Pd,
pembicara pada sesi pertama.
Menurut Sunaryo, pendidikan
karakter memadukan dengan seimbang empat hal yakni, olah hati, olah
pikir, olah rasa, dan olah raga. Olah hati bermakna berkata, bersikap,
dan berperilaku jujur. Olah pikir, cerdas yang selalu merasa membutuhkan
pengetahuan. Olah rasa artinya memiliki cita-cita luhur, dan olah raga
maknanya menjaga kesehatan seraya menggapai cita-cita tersebut. Dengan
memadukan secara seimbang keempat anasir kepribadian itu anak akan mampu
menghayati dan membatinkan nilai-nilai luhur pendidikan karakter,
jelasnya.
Contoh silabus dan RPP berkarakter untuk Bahasa Indonesia dari http://aguswuryanto.wordpress.com/ bisa didownload untuk silabus dan RPP nya. Sedang untuk RPP IPS Berkarakter dari Pak Nurhadi dapat di download disini.
Dah untuk mengetahui lebih jelas tentang konsep pendidikan berkarakter dari Kemendiknas dapat didownload disini, sedang untuk mengetahui lebih jauh tugas-tugas oleh pengelola sekolah dapat diambil disini
Contoh KTSP SMP Berkarakter
Sumber: http://www.vilila.com/2010/10/ktsp-silabus-dan-rpp-berkarakter.html#ixzz1bpkDPdbM
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Komentar